29 Desember 2020

Thank You, 2020


 Wuihhhh 2020 sisa beberapa hari lagi. 

Padahal rasanya baru beberapa bulan yang lalu saya menuliskan target-target bisnis dan pekerjaan saya di 2020. Juga target lainnya di kehidupan saya, you know lah, mentally and physically.

Ternyata semua itu saya tulis udah 12 bulan yang lalu hehehe

Bersama teman-teman dari Bandung Hijab Blogger saya mau bercerita tentang 2020-nya saya disini. But right now, sitting here in front of my laptop. I'm overwhelmed. 


Photo by Denise Karis on Unsplash

Iya saya kewalahan. Bingung mau memulai dari mana. Karena 2020 bagi saya tuh lumayan magical, banyak terjadi hal-hal di luar perkiraan saya.


Let's start from the beginning of the year.


Januari - Februari saya masih beraktivitas seperti biasa. Handle klien wedding, klien makeup, Catering, jual-beli Logam Mulia dan Perhiasan. Bahkan untuk 4 bisini tersebut saya udah bikin strategic planning untuk sepanjang 2020. Target transaksinya / penjualannya, jadwal social medianya, rencana rekrutmen, design dan budgeting promosinya daaaan lainnya.

Selain itu saya dan suami juga berencana untuk melanjutkan lagi program hamil setelah sempat break dulu.


Maret.

Saya berangkat ke Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Lebih tepatnya bukan 'berangkat" tapi pulang kampung. Walaupun saya ngga pernah tumbuh besar disana tapi ibu saya asli sana tulen. So I produly called myself orang Minang hehe.

Anyway, saya kesana untuk bantu mengurus pernikahan adik sepupu saya. Dengan senang hati dong pulangnya. Ya bekerja, ya liburan dengan keluarga juga.

\Saat itu saya ngga menyangka that it would be my last travelling for 2020.

Sadly, suami saya mendadak tidak bisa ikut karena sakit. Alhamdulillah bukan penyakit yang fatal, tapi sudah sangat mengganggu aktivitas regulernya.

Waktu itu rasanya hati saya terbelah 2. Harusnya saya ngurus suami. Tapi di sisi lain, walaupun ini pernikahan adik sepupiu, tapi ini tetap pekerjaan juga, harus profesional, ada tanggung jawab yang ngga bisa mendadak dibatalkan.

Begitu saya pulang ke Bandung, langsung antar suami untuk kontrol ke RS. Yang tadinya berencana hanya kontrol, melanjutkan obat yang habis, ternyataaa kita ngga pulang dong. Karena dokter bilang suami saya harus dioperasi besoknya. 

Oke. 

Buru-buru suami urus izin ke kantor, dan saya urus asuransi dan pendaftaran rawat inap dll. It was really a bad experience. Maksudnya, masalah ngurus rawat inapnya yang bad expreience. 

8 jam yang meresahkan,bund. 

Saya ngga akan cerita detailnya disini. Saya udah puas-puasin komplain di review google Rumah Sakit tersebut. Saya juga udah luapkan kekesalan saya di lokasi.

Okey, lanjut. 

Alhamdulillah operasi lancar. Dan tepat 2 hari setelah operasi, mulai berlaku WFH di kantor suami. Mulai disini nih saya bisa berkata ke diri sendiri : wow, there's a bless in disguise.

Kenapa saya bisa mikir begitu? Jadi, tadinya suami hanya izin 2 hari karena kata dokter ini luka operasinya ngga dijahit, harus sembuh sendiri dan ngga besar kok. Ternyata lebih besar dan lebih parah dari yang diperkirakan. Jadi sembuhnya akan lama dan penyesuain untuk kembali beraktivitas tuh lama juga.

Suami saya udah resah mikirin kerjaan. Ngga mungkin dikasih paid leave lebih dari 1 bulan. Kita hrus bersiap-siap ambil unpaid leave.

Jadi pas dapat pengumuman dari kantornya bahwa diberlakukan WFH selama 3 bulan itu aku dan suami sejujurnya lega banget. Bisa pemulihan tanpa ninggalin pekerjaan.

Alhamdulillah.

Bukan kami bahagisa dengan kondisi pandemi ya. Bukaaann. (lagipula, seminggu di Rumah Sakit tanpa boleh dijenguk itu rasanya sepiiii). Kami hanya merasa : masih ada kemudahan dan kenikmatan dibalik ini.


April - Mei - Juni

Suami masih proses pemulihan. Sementara pekerjaan saya satu persatu berantakan.

Klien wedding satu per satu mulai melakukan pembatalan atau pengunduran acara. Namanya perubahan acara, tentu berkaitan dengan budget juga. Mereka ingin refund sebagian atau refund full. Sementara di sisi lain, vendor-vendor keberatan untuk refund. Juga ada  masalah teknikal lainnya.

Dan karena belum pernah terjadi sebelumnya, di kontrak perjanjian kerja antara WO dengan klien dan antara WO dengan vendor, tidak ada pasal mengenai kondisi bencana pandemi.

Klien makeup pun mulai berubah-rubah tanggal dan konsep. Banyak yang berujung batal juga.

Klien catering event pembatalan semua. Go Food saya terpaksa tutup karena di komplek diberlakukan isolasi mandiri (yang menurut saya sia-sia karena agak "lucu" rulesnya) .

Rasanya saat itu : my life is falling apart. Oke mungkin lebay. Tepatnya : my business is falling apart.

Saat itu saya berpikir : 2020 saya seharusnya ngga begini. Seharusnya grafiknya naik walaupun landai, bukan terjun begini. Seharusnya..... Seharusnya..... Seharusnya....


Juli - Agustus - September

Suami masih pemulihan, luka operasi hampir seluruhnya menutup. Sudah mulai bisa beraktivitas normal. Status dari kantor masih Work From Home.

Usaha WO saya bagaimana? masih sama seperti sebelumnya tapi dengan tambahan kondisi baru : tidak ada klien baru.

Job Makeup bagaimana? masih sama juga, dengan tambahan : 2 klien baru. Ini rekor ter-sepi. 6 bulan hanya ada 2 klien.

Cateringnya gimana? Masih almost zero client,bund.

Selain itu, rencana program hamil di tahun ini yang awalnya direncanakan mulai di bulan April, terpaksa dibatalkan.

Di 3 bulan ini aku ngerasa ini titik dimana aku berbenah diri. Spiritually, Financially, Mentally. But definitely not physically.

Saya berusaha berhenti mengeluh, terus puter puter puter otak cari jalan. Perbaiki ibadah, perbanyak bersujud dan bersimpuh, terus menerus mohon diampuni dan ditunjukkan jalan. Berusaha lebih let go, lebih ikhlas.

Tapi secara fisik, saya malah lupa perhatiin. Dan tentu saja ada efek sampingnya dong. 


Oktober - November

Kami mulai merasa aneh, kenapa suami kok tidak kunjung pemulihan total ya? apa ada infeksi?

Kami kembali ke dokter. Daaann muncul masalah baru, jadi suami harus operasi lagi.

Oke, kembali urus izin ke kantor dan urus asuransi dan rawat inap.

Kali ini ngga pakai marah-marah karena dokter udah tahu saya komplain besar waktu operasi pertama.

Katanya sih sampai dibahas di rapat hehehe..

Tapi ada yang berbeda. Kali ini kami ditempatkan di poli anak. Karena ternyata sekarang RS tersebut diwajibkan menerima pasien Covid. Peralatan dan pelengkapan banyak dialihkan ke bagian gedung yang merawat pasien Covid. Jadi kamar untuk rawat inap Non-Covid pun berkurang.

Kondisi bisnis mulai bergeliat seiring new normal sudah mulai diberlakukan. Di grup WA vendor wedding tuh kita rameee banget ngebahas peraturan-peraturan baru yang rasanya terus menerus berubah atau bertambah. Bingung deh.

Alhamdulillah calon pengantin mulai berani berdatangan lagi. Klien yang dulu diundur sudah mulai ada yang dilaksanakan.

Catering mulai bernafas lagi.


Desember

Suami sudah hampir sembuh total. Akhirnya dokter mengetahui penyebab penyakit yang kemarin dan suami diberi obat yang tepat.

Kondisi bisnis membaik walaupun jauuhhh di bawah kondisi sebelum pandemi.

Sedihnya, Bandung kembali menjadi zona merah dan saya melihat masih banyak yang teledor dalam menerapkan protokol kesehatan di tempat umum.


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash


Jadi... itu highlight 2020-ku.

Dibaca sekilas, bisnis terus ya yang saya bahas. Well, karena emang di sisi itu saya ngerasa banyak ketampar. 

Tapi diantara semua keluhan itu, saya sadar ada banyak nikmat yang kami dapat :

1. Di tengah banyaknya cerita tentang orang-orang yang terkena pemotongan gaji dan bahkan PHK, suami saya tidak terkena pemotongan apapun. Bahkan karena 10 bulan ini WFH, kami jadi lebih berhemat karena tidak ada biaya transportasi dan akomodasi. Alhamdulillah.

2. Walaupun 2x operasi, kami tidak keluar uang sepeser pun karena dicover oleh asuransi. Padahal biayanya hampir sama seperti program bayi tabung. Alhamdulillah.

3. Ternyata saya jadi sempet belajar bahas aasing baru, walaupun belum sampai level advance.

4. Saya bisa ikut banyak kelas baru di berbagai bidang : marketing, bisnis, human behaviour dan bahasa. Kelasnya online, tentunya.

5. Orang-orang di sekitar saya saling support bisnis satu sama lain. Saling mempromosikan dagangan teman, tetangga, saudaranya. It gives me warm feeling to see that eventhough each of them needs every penny, that did'nt stop them from helping and support each other. Bukan saling bersaing tapi malah saling membantu. 

6. Dan yang paling tidak tergantikan adalah : 24 jam bersama suami.

Hampir 1 dekade berumah tangga, kami bertemu hanya di weekend saja. Saya udah terbiasa jadi "weekend wife". Lalu Tiba-tiba 10 bulan ini kami "dipaksa" 24 jam bersama, di rumah mungil yang tiap berapa langkah udah liat wajah dia lagi dan dia lagi hahaha.

Dan lainnya yang tidak bisa saya tulis semua disini.

So, I choose to count my blessings. Selalu ada kemudahan dibalik kesulitan. Selalu ada kenikmatan dibalik kesusahan. Selalu ada pelajaran dibalik hantaman.

Dan setelah terus-menerus berjalan menuruni bukit sampai hampir ke dasar lembah, there's no other way but UP.

Bismillahirrohmanirrohiim,

Semoga 2021 menjadi tahun dimana grafik kehidupan kita membentuk garis keatas. Perbaikan di segala aspek hidup kita. Hantaman yang dirasakan semua orang menjadikan kita orang yang lebih kreatif dan tangguh. Aamiin.

Aminin bersama yukkk.

And with all that's written, I wanna say :

Thank you for the lesson, 2020.

It's been a great magical year. But I gotta move on to the next one.


3 komentar:

  1. Tergilitik pas baca dia lagi-dia lagi ahhahaa. Insyaallah semua ada hikmahnya ya teh. Semoga kita semua bisa segera kembali ke keadaan normal dan segala rencana ke depan dapat terealisasi. Aamiin

    BalasHapus
  2. Teteh super supel, ikut kebawa emosi di ceritanya. Semangat ya🤍

    BalasHapus

Haiii

Post of The Month

Akhir Tahun 2022 : Sudah Punya Apa Saja?

Saat saya menulis ini, Tahun 2022 tersisa 19 hari lagi. Jujur, rasanya pedih ke hati. Juga takut. Pedih karena merasa ngga ada perkembangan ...

Yang Ini Juga Menarik...