17 Januari 2020

16 Januari



Okey, post ini bukan dibuat tanggal 16 Januari.
Tapi karena saya lagi ingin bercerita tentang tanggal special ini jadi kita abaikan saja fakta bahwa ini ditulis pada 17 Januari 2020.

.
.
.

9 tahun yang lalu, somebody decided to take full responsibility of me.
Dia berani-beraninya menerima operan tanggung jawab dari ayah saya.
Tanggung jawab untuk memimpin, mendidik..dan menemani..dan lain-lainnya.

16 Januari 2011 adalah hari dimana saya merasa sangat bahagia.
Hari dimana saya merasa diperjuangkan, diinginkan, dicintai.
Dan tentu saja, hari dimana saya merasa sangat cantik hehehe

For me personally, 16 Januari mewakili puncak rasa bahagia yang solid.
I've decided : Ngga ada hal apapun yang bisa bikin saya down di tanggal itu.

Sampai sekarang, walaupun sudah 9 tahun berlalu, saya masih amazed aja.
Orang asing yang tadinya tidak mengenal saya sama sekali, kok mau ambil tanggung jawab sebesar itu.
Sampai sekarang, walaupun udah ribuan hari yang dilalui bersama, saya masih amazed.
Beneran ini teh suami saya? hihihi

Saat baru menikah, impian kami berdua banyak.
Punya anak, punya rumah, ganti mobil, and the list goes on.
Dan saat itu rasanya semuanya itu mungkin saja terjadi.
Everything is possible.

Saat baru menikah, after the party, masih ada fase honeymoon.
Walaupun kami ngga menjalani yang namanya honeymoon karena waktu itu udah abis budgetnya.
Tapi tahu sendiri lah..ada masa-masa dimana semua super so sweet.
Masa-masa dimana pisah beberapa jam aja kangeeennn hahahaha
Masa-masa dimana berkata I Love You pada satu sama lain adalah hal yang menyejukkan hati.
Saat itu, everything is beautiful and possible.

And then came along the first 3 years.
Wewwww...
Di masa-masa ini saya merasa lebih "mengenal" suami saya dan diri saya sendiri.
Beda pendapat, beda keinginan, dan sifat asli semuanya pada keluar.
Ditambah lagi beban terpendam lainnya : Belum dikaruniai anak.
Ah mantap dehhh
Di fase ini, kami mulai belajar kompromi, belajar nahan ego, dan belajar memaknai kalimat I Love You yang sebenarnya.

Tapi separah apapun berantemnya, atau sedongkol apapun kita terhadap satu ama lain.
Selalu ada 16 Januari bagi kami berdua.

Lalu 5 tahun berlalu
Pertengkaran sudah jarang terjadi.
Kami berdua sudah tahu batas masing-masing. Sudah kenal style dan selera masing-masing.
I think I can say that it's one of our best phase.
Tapi beban itu masih terasa. Selalu seperti ada yang kurang.
Iya betul.. Belum dikaruniai anak.
Banyak airmata di fase ini. Bukan karena pertengkaran.
Tapi karena rasa kurang itu.
Masih belajar ikhlas, belajar menerima.
Menerima kenyataan bahwa sahabat-sahabat kami sedang menikmati masa pertumbuhan anak-anaknya sementara kami rasanya masih di titik 0.

Tapi sesakit apapun hati kami,
Selalu ada 16 Januari bagi kami berdua..

Lalu 6 tahun..7 tahun berlalu...sampai sekarang, 9 tahun.
Kami sudah seperti sahabat baik yang terlalu mengenal satu sama lain.
I mean, we almost can read each other mind!
We depend on each other.
Rasa sayang atau rasa cinta itu sudah sulit kami deskripsikan dalam kata-kata.
Bahkan kalimat I Love You\ pun sudah jadi hal yang "numpang lewat" bagi kami.
And it's not a bad thing. Trust me.
We still respect and appreciate each other. And Love is definitely still there.

We may not the most romantic couple.
But we can't imagine not being with each other.

And as you know :  nothing is perfect, and there's no such thing as perfect couple with perfect marriage.
Kami masih saja merasa ada yang kurang.
Ada malam-malam dimana kami merasa sepi padahal lagi bersebelahan.
Saya ngga cerita ke dia bahwa saya lagi disengat rasa rindu..rindu jadi seorang Ibu.
Karena saya tahu, dia pun lagi merasa sepi.
Saya ngga bilang ke dia, bahwa ulu hati saya mendadak sakit setiap kali rasa rindu itu datang.
Karena saya tahu, dia pun merasa sakit.

Saya sudah tidak pernah menangis lagi karena rasa rindu ini.
Maksudnya, sudah tidak pernah menangis didepan suami.
Karena saya tahu, walaupun dia memeluk dan menghibur, sebenarnya dia juga sedih.

But honestly, we are happy.
Dan selalu ada 16 Januari bagi kami berdua.

Sejak awal pernikahan, di akhir sholat doa kami selalu sama.
Cita-cita dan rencana-rencana  kami di masa depan masih berdasarkan pada kondisi memiliki anak.
Usaha dan Doa selalu kami hadirkan. Kami berusaha memantaskan diri menjadi orangtua.
Tapi ada saat dimana kami sadar kalau kami pun perlu belajar menyiapkan diri.
Menyiapkan diri andaikata memang sampai akhir memang hanya ada kami berdua.

And we both decided, We are happy and grateful.
And will always be happy and grateful apapun takdir yang tertulis.
Selalu ada 16 Januari bagi kami berdua.

.
.
.
.
.

Rasanya tulisan diatas tuh ngalor ngidul ngelantur ngga jelas ya apa intinya.
Saya tulis secara otomatis aja...mengalir begitu aja.
Ngga tahu tujuannya apa, intinya apa.
All I know is, setelah nulisnya jadi lega.

Terima kasih sudah membaca tanpa menghakimi.

Stay happy and grateful,
Mmmuaachhhh

27 November 2019

My Own Personal Heroes 2019

Bicara soal pahlawan, biasanya kita langsung inget pahlawan pribadi kita ya.
Misalnya Ibu, Ayah, Suami, Sahabat, Guru, atau malah orang yang hadir sekilas di kehidupan kita tapi efek kehadirannya berhasil mengubah mindset kita.

Bisa juga Pahlawan secara general, yang berjasa terhadap negeri tercinta kita, Indonesia.

Kalau ditanya "Siapa orang yang banyak berjasa dalam hidup kamu? Siapa orang yang kamu anggap pahlawan dalam hidup kamu"
Jawabannya pasti beragam ya.
Setiap orang berhak memilih their own personal hero / heroes.

Biasanya saya sih otomatis menjawab  "My mother is my hero" karena kurang gimana lagi coba pengorbanan bunda saya untuk kehidupan saya.
Ayah saya juga..wuiihhh pokonya ngga bisa kehitung lagi deh.

Tapi kali ini saya punya jawaban berbeda. Bukan karena ngga menghargai jasa kedua orangtua saya, suami saya dan kakak-kakak saya. Bukaaaannnn...

Izinkanlah di artikel kali ini saya mau berterima kasih kepada pihak lain.
Mungkin mereka tidak sadar tapi secara langsung dan tidak langsung, mereka berjasa dalam hidup saya terutama di tahun 2019 ini.

Siapa mereka yang ingin saya ucapkan terima kasih ini?
Mereka adalah orang-orang yang "pernah" menjadi teman dan sahabat, bahkan pernah sampai di titik dimana saya menganggap mereka adalah saudara.

"Pernah" ?? iya, pernah. Karena sudah tidak lagi. 
Mereka? iya, mereka. Karena lebih dari 1 orang. Malah lebih dari 2 orang.

Jadi, pernah ada beberapa tindakan dan kata-kata mereka yang kalau digambarkan dengan 1 kata tuh : Pengkhianatan.
Halah..asa sinetron yak ahahahhaha..
Tapi serius nih.. pasti pada pernah kan ya merasakan dikecewain temen, dikhianati teman atau rekan bisnis atau rekan kerja?
(maksa pengen dijawab "iyah" hahahaha)

Kalau belum pernah, dikasih background story dulu deh ya.
Mereka ini adalah orang yang tidak ada hubungan kekeluargaan dengan saya dan suami.
Menjadi teman main, lalu sahabat, dan lama kelamaan saya dan suami menganggap mereka seperti saudara.
Bahkan mereka pun dekat dengan keluarga saya.
Saat mereka kesusahan, saya dan suami ikut merasa susah dan ikut putar otak mencari jalan keluar.
Mereka senang dan meraih suatu pencapaian, saya dan suami ikut senang dan bangga.
Ngga ada rasa iri atau rasa kompetitif.
Bahkan banyak keadaan yang membuat saya dan suami jadi (istilahnya mah) ngebela-belain demi mereka.
Lalu, sekitar pertengahan 2019 ini, keadaan mulai berubah.
Tidak perlu dijelaskan detail ya, nanti jadinya curhat hihihi

Intinya, tindakan mereka membuat saya dan suami merasa teringgung dan kecewa, dan mersa dikhianati.
Padahal biasanya laki-laki itu easy going ya, ngga baper dan ngga pernah ikut campur urusan perempuan.
Tapi kali ini suami saya tersinggung kelas berat, saya aja kaget.
Selain itu dia juga merasa, hubungan baik selama ini tidak dihargai oleh mereka.

Tapi setelah luka-luka di hati kami mulai sembuh....ecieee luka hatiii
Saya jadi sadar, ini adalah pembelajaran.
Kisah-kisah dan kejadian dengan mereka secara langsung dan ngga langsung bikin saya jadi belajar, nambah pengetahuan baru, nambah cerita baru, belajar sabar, belajar ikhlas, belajar lebih baik dalam menilai orang, dan lebih baik dalam menghargai diri sendiri juga.

That's why, kali ini di penghujung tahun 2019, saya nobatkan mereka sebagai My Own Personal Heroes.
Sepertinya sih mereka never bother to read my blog. Tapi saya tetap saja ingin mengucapkan terima kasih atas kata-kata dan tindakan mereka.
Because thanks to their actions and words, saya jadi lumayan agak tambah pinter hihihi

Bahkan, mungkin kalau mereka tidak melakukan itu semua, hidup saya jadi monoton, masih begitu aja.
Saya jadi tidak dipertemukan dengan pintu-pintu baru. Kesempatan baru. New chapter in life.
Ibarat baca buku, kalau mau buka bab baru, bab yang sebelumnya ya ditutup dulu. Halamannya pindah, sis.

Maaf ya kalau artikel kali ini agak ecek-ecek, gak curhat.
Tapi da beneran, saya mah pengen nulis sesuatu tuh jujur.
Ngga dibuat-buat atau asal buat.

Semoga srtikel semi curhat ini bisa menghibur pembaca blog ini.
Terima kasih sudah membaca sampai selesai. Terima kasih sudah menghargai tulisan saya.

Dalam rangka iseng-iseng.sambil ngetest apakah bener serius baca artikel saya. Mau ngadain kuis dadakan nih. Kalau bisa jawab dengan benar dan tercepat, dapat hadiah pulsa lima puluh ribu rupiah.
Pertanyaannya adalah :
Saya manggil apa ke kedua orangtua saya? Jawab di kolom komen ya.
1 orang yang benar dan tercepat yang akan dapat hadiahnya.

Semoga srtikel semi curhat ini bisa menghibur pembaca blog ini.
Terima kasih sudah membaca sampai selesai. Terima kasih sudah menghargai tulisan saya.
Baca juga blog post dari teman-teman Bandung Hijab Blogger yaaa karena ini merupakan collab dengan mereka.

See you on next post.
Stay happy, darling.
Mmmmuacchhhh

1 November 2019

Books : The Girl Who Saved The King of Sweden




Alasan pertama (tapi tidak utama) saya beli buku ini adalah karena judulnya yang rada panjang.
Begitu saya baca sinopsis dibelakang buku, langsung nambah deh penasarannya.

Kenapa seorang gadis dari Afrika, dari tempat yang jauh dari kota besar pula, bisa-bisanya menyelamatkan Raja Swedia.
Melihat latar belakang karakter utamanya, Nambeko, rasanya hampir mustahil dia bisa sampai ke Swedia apalagi sampai terlibat dengan Raja Swedia pula.

Buku setebal 500-an halaman ini berhasil membuat saya ketawa-ketawa sendiri di beberapa bagian dengan lelucon yang disampaikan secara "tiis".
Maaf mungkin hanya orang Sunda yang mengerti ya maksud tiis disini.
Kelebihan lain dari isi buku ini adalah detail mengenai bom atom. Jadi kita sebagai pembaca.


Kalau ingin tahu review yan lebih detail, anti spoiler dan bisa dimengerti oleh non orang Sunda,  bisa ditonton di video pendek berikut ini :






Semoga suka sama videonya, semoga bermanfaat reviewnya. See you!

Post of The Month

Akhir Tahun 2022 : Sudah Punya Apa Saja?

Saat saya menulis ini, Tahun 2022 tersisa 19 hari lagi. Jujur, rasanya pedih ke hati. Juga takut. Pedih karena merasa ngga ada perkembangan ...

Yang Ini Juga Menarik...