19 Februari 2018

Beauty Products by MLM Brands, Does it Work?


Multi Level Marketing.
Sering denger kan istilah pemasaran itu?
Biasanyaaa..untuk beberapa orang, mendengar MLM itu langsung antipati.
(disclaimer : Artikel saya ini TIDAK mewakili opini semua orang.)

Bagi saya sendiri, there's nothing to be afraid of.
MLM itu hanyalah salah satu bentuk pemasaran produk, tidak lebih. Bukan penipuan, bukan money game.
Lalu kenapa amsih ada yang anti MLM?
Well, saya ngga tahu apa alasan orang lain menghindari MLM, jadi saya hanya bisa menjelaskan dari sudut pandang saya ya.

Karena kesuksesan seseorang menjalankan bisnis MLM adalah dari jaringan yang dibentuknya, maka para membernya cenderung semangat ngajak ketemuan temen-temen lamanya, temen baru, saudara, temennya saudara, saudaranya temen, dll. And it's okay, it's a good thing.
Tapiii karena ada agenda jadi kadang terasa loh, bahwa meet up yang dilakukan itu tidak murni karena silaturahmi, melainkan karena ingin mengenalkan brand nya dan merekrut untuk jadi member, atau minimal belanja ke si member tersebut.
Saya pernah loh tiba-tiba ditelepon oleh temen SMA saya yang dulunya kami ngga terlalu dekat, beda geng lah. Malah jarang banget berinteraksi di sekolah. Setelah lulus SMA pun kami hilang kontak, tapi tiba-tiba bertahun-tahun kemudian ditelepon oleh dia dan langsung ngajak ketemuan.
Saya spontan ngomong : mau nawarin mlm ya?. (dan dia jujur, ngejawab iya). hahahaha.

Singkatnya, bagi saya masalahnya bukan di MLM nya, tapi di cara penawarannya.

Selain itu, yang lebih penting lagi, saya sering meragukan produk-produknya.
Karena logika saya begini :
Harga produk di katalog 100.000
Harga member 77.000
Perusahaan tentu perlu uang untuk membayarkan semua bonus-bonus buat para member yang berhasil, harus bayar karyawan-karyawannya juga, sewa / beli kantor juga, daaann lainnya.

Jadi berapakah sebenarnya modal membuat produk itu? berapa value nya? apakah saya membeli barang seharga 100.000 yang sebenernya kandungan dan bahannya itu sama dengan produk supermarket seharga 50.000?

Logika saya bisa jadi salah ya. Mungkin sebenarnya biaya marketing dari perusahaan MLM itu lebih rendah dari perusahaan dengan metode lain. I don't know,  I'm not an expert on this.
Ini hanya logika sederhana saya.

Berangkat dari logika bolon diatas, saya malah jadi pensaaran.
Sebenarnya produk mereka bagus ngga sih? Sesuai harganya kah? Does it really work as they promised?
Karena kebanyakan produk MLM itu menjanjikan kandungan dan efek yang Waahhh..

Jadi saya putuskan, kita coba sajaaa.
Iya, saya mau coba beberapa produk MLM, tapi mungkin fokus di skincare dan kosmetiknya saja ya. Kategori healthcare saya skip.

Sebenarnya saya udah pernah posting beberapa artikel tentang produk MLM, tapi baru dari JAFRA.
Bisa dilihat di :
Klik Disini untuk review lipsticknya.
Klik Disini untuk review masker malibu.
Klik Disini untuk review exfoliating scrubnya.

Supaya fair, saya mau coba review dari Oriflame dan Nu Skin.
Untuk mempermudah cari artikelnya, akan saya kasih tambahan label : MLM
Biasanya kan label hanya saya kasih brand saja.

Well, mudah-mudahan result dari review saya ini bermanfaat yaa..
See you on my next review!

Stay geulis,darling



17 Januari 2018

Review : Rimmel Stay Matte Primer

Hellow, 2018.

Hellow, my blog. So we meet again. 

Hellow, readers.

As you can read on title, di tahun yang baru ini aku malah mau review item yang ngga baru.
I hope it's still useful for some of you.

Rimmel Stay Matte Primer ini udah lama banget berseliweran di layar laptop dan hp aku, tapi ngga pernah aku waro. Do you know what "waro" means? google yah ke orang Sunda.
Sekitar beberapa bulan lalu, akhirnya beli ini karena emang lagi hunting primer dengan harga terjangkau. Mata terpicu ke produk ini karena tulisan Matte nya sangat menggoda, mengedip dan melambai ke mata aku.
Iya, cari primernya yang matte karena lagi butuh untuk balance dengan foundation-foundation saya yang wax-based dan oil-based.



Rimmel-Stay-Matte-Primer
Rimmel Stay Matte Primer

Simple tube packaging. Kombinasi putih-ungunya bikin jadi mudah dikenali. Kemasannya ngga eksklusif, terlihat kok kalau ini bukan barang mahal. And it's okay to look cheap, karena memang murah. Waktu beli, rasanya sekitar 90.000-an. Size 30 ml, standar primer-primer pada umumnya.



Rimmel-Stay-Matte-Primer
Rimmel Stay Matte Primer
As you can see, teksturnya krim putih dan agak padat. Ngga ada rasa "meleleh" setelah kena suhu panas kulit.
Saat aplikasi ke kulit, ngga ada rasa-rasa licin ala produk bersilikon, jadi pori-pori kulit ngga terasa tersumbat.
Instantly moisturized my skin. Jadi saya ngga pernah pakai moisturizer lain saat pakai ini. Sunscreen ngga dihitung yaaa..itu mah wajib hadir.

The golden questions are : apakah benar matte? tahan berapa lama?

Yes, membantu banget untuk kontrol produksi sebum kulit wajah. But not totally dead-matte. Saya selalu kombinasi dengan dewy foundation jadi belum tahu ya gimana hasilnya kalau kombinasi dengan matte foundation.

Bantu kontrol sebum wajah bukan berarti kontrol keringat. Apalagi ini sifatnya ngga menutup pori. Jadi kalau di suhu panas ya pasti tetap aja bagian hidung dan dagu mah agak mengkilap.

Sekali lagi, primer ini finishingnya tidak dead-matte ya dan tidak berfungsi sebagai pore-filler juga. Jadi jangan berharap kulit selicin lilin.

Eh masih belum terjawab ya soal tahan berapa lama?
Hmm..tergantung ya..ditemenin sama foundie dan bedak apa.
Saya coba dengan LA Girl, Mehron, Bobbi Brown, RCMA, MAC yaaa durability nya berbeda.
Range nya 4-8 jam lah.

Overall, do I like this? will I repurchase?
Yes, I like this one.
No repurchasing. Karena buanyaaakkk primer-primer murah lainnya yang pengen aku cobain dulu.

That's it for now. Semoga membantu dan bermanfaat.

Stay geulis, darling.

24 Juli 2017

Review : LT Pro Count On Me

Dulu, jaman baru mulai belajar jadi Make Up Artist, merk - merk lokal seperti Sariayu, Mustika Ratu, Inez, LA Tulipe, LT Pro itu berseliweran depan mata saya.
Dulu Instagram belum happening (atau malah belum ada ya?) dan online shop di facebook yang jual kosmetik US pun masih sedikit banget. 
Ditambah wawasan saya tentang brand-brand makeup pun masih sangat limited.
Jadi di masa-masa itu, brand PAC, LT Pro dan Moors itu udah wah buat saya hehehe..

Khusus LT Pro, saya punya kenangan tersendiri karena pernah dapat penghargaan di salah satu event.

Fast forward ke masa sekarang, brand ini jadi makin jarang saya lirik. 
Bahkan di beauty case saya sama sekali ngga ada produk-produk lokal yang saya sebut tadi.
Dulu produk yang tidak habis diapkai dan belum kadaluarsa, semua dijual preloved. 
Bukan karena meremehkan dan nganggap produk luar lebih bagus, tapi simply karena kebanyakan kosmetik aja, daripada mubazir kan mending dijual.

Anyway, Belakangan saya tertarik lagi sama produk-produk LT Pro karena sepertinya brand ini melakukan upgrade. Mengeluarkan produk baru dengan packaging yang (mencoba) lebih fresh.

Contohnya LT Pro Count On Me Contouring and Highlighting Cream ini.
Palet ini berisi 6 shade dengan packaging berbahan kertas tebal dan glossy.  



LT-Pro-Count-On-Me


Ukuran palet LT Pro Count On Me Contouring and Highlighting Cream ini pas di telapak tangan, dan karena bahannya seperti ini jadi ringan. Pokoknya trvel friendly deh. 
Design covernya keren, saya ngga tau istilah seninya apa hehehe..pokoknya kesannya modern deh.
Tapi tidak ada kesan mewah, elegan, mahal. 
Saat beli ada vacuum plastic seal kok.



LT-Pro-Count-On-Me


Tadaaaaa...shade nya oke kaann.
3 contour dan 3 highlight. Untuk contouring, shade paling mudanya cenderung warm tone, shad emediumnya netral dan shade tergelapnya ke arah cool tone.
Highlightnya favorit saya yang tengah, kekuningan jadi pas untuk mayoritas klien saya.
Putih dan Pink tone paling jarang saya pakai, tapi tetep ngga ubazir kok.
Pokoknya 6 shade di LT Pro Count On Me Contouring and Highlighting Cream palette ini worth every penny, kepakai semua shade nya.

Teksturnya agak keras, dan di lapisan pertama pigmentationnya jelek jadi saya kerik tipis-tipis saja, supaya yang keambil yang bawahnya. 
Produk ini butuh waktu untuk hangat dan melted supaya mudah diblend, tapi cukup tap di kulit wajah dan hanya diamkan beberapa detik saja cukup kok.

Setelah diblend, semua shade nya terlihat cukup alami di wajah. 
Daya tahannya juga bagus, it can last for almost 8 hours. 

Untuk lebih jelasnya ada swatch di bawah ini :

LT-Pro-Count-On-Me


Overall saya suka dan puas dengan LT Pro Count On Me Contouring and Highlighting Cream ini. Harganya mah lupa hehehe..tapi gampang lah tinggal googling atau cek toko sebelah  hehehehe... krik krik krik...

Well, segitu aja ya review saya untuk produk LT Pro Count On Me Contouring and Highlighting Cream 
Semoga bermanfaat.

Stay geulis, darling

Post of The Month

Akhir Tahun 2022 : Sudah Punya Apa Saja?

Saat saya menulis ini, Tahun 2022 tersisa 19 hari lagi. Jujur, rasanya pedih ke hati. Juga takut. Pedih karena merasa ngga ada perkembangan ...

Yang Ini Juga Menarik...