Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Life. Tampilkan semua postingan

12 Desember 2022

Love Language dan Para Pelakunya

Belakangan ini istilah Love Language sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan juga dijadikan konten di berbagai media sosial..

Berawal dari seorang teman yang sedang merencanakan perbikahannya
bertanya kepada saya yang (saat itu) baru 10 tahun menikah. Ia bertanya, “Teh, kalau teteh dan suami itu love language-nya apa sih? kok aku lihat kayaknya teteh dan suami tuh casual banget, kayak orang
temenan aja gitu”

Saya bingung menjawabnya. Karena bahkan belum pernah mendengar istilah itu. Jadi saya hanya bisa jawab,”hah?”.

Dan dia masih melanjutkan, “Iya..apakah act of service, physical touch, words of affirmation...”

Sejujurnya, saya tidak tahu. Dan memang tidak pernah terpikirkan untuk mengetahui bahasa cinta suami saya. Selama ini yang kami (saya dan suami) tahu adalah cinta ya cinta aja. Seseorang bisa menunjukkan
cintanya melalui kata-kata manis dan perhatian dalam bentuk tindakan juga perhatian dalam bentuk kalimat, ataupun lainnya. Tidak pernah terpikirkan bahwa satu orang hanya bisa dikategorikan ke dalam 1
(satu) love language.

Dan di benak saya malah muncul pertanyaan berikutnya, “Apa pentingnya menentukan dan mengetahui love language?”.

Setelah istilah ini sering sekali muncul dari setiap obrolan saya dengan beberapa kenalan, jadi penasaran kan. Akhirnya dilakukan pencarian informasi, lewat Google tentunya. Ternyata, pengelompokan Love Language ini pertama kali ditemukan atau dikemukakan oleh Gary Chapman dalam bukunya yang berujudul The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate  pada tahun 1992.  Buku ini menguraikan lima cara umum yang diungkapkan dan dirasakan oleh sebuah pasangan romantis.

Dan 5 cara umum tersebut adalah :

·         Words of affirmation

·         Quality time

·         Giving gifts

·         Acts of service

·         Physical touch

Jadi sudah lumayan lama ya, sejak tahun 1992. Tapi entah kenapa istilah ini tidak populer di saat usia saya seperempat abad. Ingin sekali membaca bukunya supaya paham tapi belum kesampaian. Setelah
diperhatikan selama beberapa waktu, ternyata Love Language ini dianggap penting hanya oleh teman-teman saya yang berusia 30 tahun ke bawah. Jadi, masuk kategori Gen-Z?. Saking pentingnya sampai 5 kategori ini (kadang saya menemukan 7 kategori) dijadikan patokan apakah mereka bisa bertahan dengan pasangannya.

Contohnya begini. Seorang teman yang meng-klaim dirinya memiliki love language Quality Time merasa pasangannya yang hanya bisa Giving Gifts tidak cukup membuatnya bahagia, dan dia pun takut pasangannya merasa kurang menerima bentuk cintanya. Ia merasa ada yang kurang dan menjadi bimbang apakah perlu dilanjutkan ke pernikahan. Semua ini hanya didasarkan pada love language mereka masing-masing. Padahal apakah selama kebersamaan mereka itu betul-betul hanya quality time yang ia perlukan untuk bahagia dalam hubungannya? Apakah saat pasangannya memberikan hadiah itu tidak membuatnya tersenyum? Dan apa iya hanya 2 bahasa cinta itu yang terus menerus muncul dalam kebersamaan mereka?

Karena dalam sebuah hubungan romantis pasti ada lebih dari 2 love language yang muncul. Yang saya tidak yakin adalah, mereka betul-betul membaca buku Gary Chapman dan memahami maksud dan tujuannya.

Beda orang, beda lagi ceritanya. Kali ini seorang yang mengaku love language yang ia suka dan inginkan adalah Words of Affirmation. Ia meminta untuk dikenalin gitu, semacam cariin jodoh lah. Tapi saat kakaknya mau mengenalkan ke seseorang dan memberitahu bahwa ini orangnya baik tapi sepertinya pendiam, jadi jangan ragu untuk memulai obrolan.

Dia malah menjawab “Aduh yang pendiam gitu biasanya love language-nya act of service atau giving gifts yaa. Aku ngga bisa kalau kayak gitu pasti ngebatin deh. I need words of affirmation.” Bahkan sebelum sempat dikenalkan. Kakaknya hanya bisa melongo.

Kali ini beda orang lagi dan beda usia. Usia 36 tahun dan status sudah menikah sekitar 5 tahun. Tentu saja ada keluhan tentang pasangan hidupnya. Tapi dari semua keluhannya itu tidak satupun ia salahkan pada si 5 (atau 7) kategori bahasa cinta itu.

Jadi, apakah betul kita perlu tahu love language seseorang?

Kalau kita mencari tahu dengan tujuan supaya bisa melakukan atau memberikan bahasa cinta yang disukai pasangan kita, sepertinya masih masuk akal. Tapi jangan dijadikan patokan keberhasilan dalam sebuah hubungan romantis.

Dan apakah 1 orang hanya memiliki 1 bahasa cinta? Dan hanya ingin menerima 1 saja bentuk bahasa cintanya? Bisakah manusia hanya memiliki dan menyukai 1 bahasa cinta?

Karena sejujurnya kalau saya sih ya ingin banget suami saya mengantar saya kemana-mana lalu di perjalanan pulang membelikan saya tas baru dan sebelum tidur mengucapkan I love you.  3 love language dari 1
orang. Wow.

7 Desember 2022

Akhir Tahun 2022 : Sudah Punya Apa Saja?

Saat saya menulis ini, Tahun 2022 tersisa 19 hari lagi.
Jujur, rasanya pedih ke hati. Juga takut.




Pedih karena merasa ngga ada perkembangan yang signifikan dalam hidup saya di 2022.
Takut karena merasa.. ya takut.. takut hidup sia-sia.
1 tahun berlalu tanpa terasa seperti 365 hari.

Jadi sering bertanya-tanya, "Saya sudah punya apa saja? apa saja yang sudah dilakukan dan diciptakan?".
Overthinking? hmmm..ngga tahu juga ya ini termasuk overthinking atau memang hanya instrospeksi saja?
Lah malah nanya terus ya.

Kamu yang lagi baca ini, punya pertanyaan yang sama ke diri sendiri?
Waktu awal tahun, bikin resolusi ngga? ada yang tercapai dari daftar resolusinya?
Tuh kan malah nanya lagi.

Di sisi lain, saya selalu berusaha untuk bersyukur. Untuk segala hal kecil maupun besar.
Sadar diri ini masih banyak mengeluh jadi sering mengingatkan diri sendiri untuk ingat setiap detail yang seharusnya saya syukuri. 

Tahun ini memang saya dan suami masih belum dikaruniai anak, tapi saya merasa hubungan kami berdua makin kuat dan erat melebihi tahun sebelumnya.
Tahun ini transaksi Leins Wedding dan Studio Rias Letisia memang menurun drastis, tapi penjualan Bumbu Giling Leins Kitchen meningkat jauh diatas target awal.
2022 ini orangua, kakak-kakak  dan juga 4 keponakan saya masih ada. Hidup, sehat, dan bahagia.
Begitupun di keluarga suami, tidak ada berita duka tetapi justru berita bahagia karena ada keponakan yang melahirkan.

Apa lagi ya...

Yang sekarang bisa ditulis sih itu saja. Tapi tentu sebenarnya sih masih sangat banyak yang bisa saya syukuri di tahun 2022 ini. Dan masih banyak yang ingin dikejar di 2023 yang muncul sekitar 2 minggu lagi.

Semoga kamu yang sedang baca ini dan merasa 2022 berlalu begitu saja tanpa arti, bisa berubah perasaaannya. You didn't failed. You are on your way to be a better you.

Stay happy.
 






29 Desember 2020

Thank You, 2020


 Wuihhhh 2020 sisa beberapa hari lagi. 

Padahal rasanya baru beberapa bulan yang lalu saya menuliskan target-target bisnis dan pekerjaan saya di 2020. Juga target lainnya di kehidupan saya, you know lah, mentally and physically.

Ternyata semua itu saya tulis udah 12 bulan yang lalu hehehe

Bersama teman-teman dari Bandung Hijab Blogger saya mau bercerita tentang 2020-nya saya disini. But right now, sitting here in front of my laptop. I'm overwhelmed. 


Photo by Denise Karis on Unsplash

Iya saya kewalahan. Bingung mau memulai dari mana. Karena 2020 bagi saya tuh lumayan magical, banyak terjadi hal-hal di luar perkiraan saya.


Let's start from the beginning of the year.


Januari - Februari saya masih beraktivitas seperti biasa. Handle klien wedding, klien makeup, Catering, jual-beli Logam Mulia dan Perhiasan. Bahkan untuk 4 bisini tersebut saya udah bikin strategic planning untuk sepanjang 2020. Target transaksinya / penjualannya, jadwal social medianya, rencana rekrutmen, design dan budgeting promosinya daaaan lainnya.

Selain itu saya dan suami juga berencana untuk melanjutkan lagi program hamil setelah sempat break dulu.


Maret.

Saya berangkat ke Kota Payakumbuh, Sumatera Barat. Lebih tepatnya bukan 'berangkat" tapi pulang kampung. Walaupun saya ngga pernah tumbuh besar disana tapi ibu saya asli sana tulen. So I produly called myself orang Minang hehe.

Anyway, saya kesana untuk bantu mengurus pernikahan adik sepupu saya. Dengan senang hati dong pulangnya. Ya bekerja, ya liburan dengan keluarga juga.

\Saat itu saya ngga menyangka that it would be my last travelling for 2020.

Sadly, suami saya mendadak tidak bisa ikut karena sakit. Alhamdulillah bukan penyakit yang fatal, tapi sudah sangat mengganggu aktivitas regulernya.

Waktu itu rasanya hati saya terbelah 2. Harusnya saya ngurus suami. Tapi di sisi lain, walaupun ini pernikahan adik sepupiu, tapi ini tetap pekerjaan juga, harus profesional, ada tanggung jawab yang ngga bisa mendadak dibatalkan.

Begitu saya pulang ke Bandung, langsung antar suami untuk kontrol ke RS. Yang tadinya berencana hanya kontrol, melanjutkan obat yang habis, ternyataaa kita ngga pulang dong. Karena dokter bilang suami saya harus dioperasi besoknya. 

Oke. 

Buru-buru suami urus izin ke kantor, dan saya urus asuransi dan pendaftaran rawat inap dll. It was really a bad experience. Maksudnya, masalah ngurus rawat inapnya yang bad expreience. 

8 jam yang meresahkan,bund. 

Saya ngga akan cerita detailnya disini. Saya udah puas-puasin komplain di review google Rumah Sakit tersebut. Saya juga udah luapkan kekesalan saya di lokasi.

Okey, lanjut. 

Alhamdulillah operasi lancar. Dan tepat 2 hari setelah operasi, mulai berlaku WFH di kantor suami. Mulai disini nih saya bisa berkata ke diri sendiri : wow, there's a bless in disguise.

Kenapa saya bisa mikir begitu? Jadi, tadinya suami hanya izin 2 hari karena kata dokter ini luka operasinya ngga dijahit, harus sembuh sendiri dan ngga besar kok. Ternyata lebih besar dan lebih parah dari yang diperkirakan. Jadi sembuhnya akan lama dan penyesuain untuk kembali beraktivitas tuh lama juga.

Suami saya udah resah mikirin kerjaan. Ngga mungkin dikasih paid leave lebih dari 1 bulan. Kita hrus bersiap-siap ambil unpaid leave.

Jadi pas dapat pengumuman dari kantornya bahwa diberlakukan WFH selama 3 bulan itu aku dan suami sejujurnya lega banget. Bisa pemulihan tanpa ninggalin pekerjaan.

Alhamdulillah.

Bukan kami bahagisa dengan kondisi pandemi ya. Bukaaann. (lagipula, seminggu di Rumah Sakit tanpa boleh dijenguk itu rasanya sepiiii). Kami hanya merasa : masih ada kemudahan dan kenikmatan dibalik ini.


April - Mei - Juni

Suami masih proses pemulihan. Sementara pekerjaan saya satu persatu berantakan.

Klien wedding satu per satu mulai melakukan pembatalan atau pengunduran acara. Namanya perubahan acara, tentu berkaitan dengan budget juga. Mereka ingin refund sebagian atau refund full. Sementara di sisi lain, vendor-vendor keberatan untuk refund. Juga ada  masalah teknikal lainnya.

Dan karena belum pernah terjadi sebelumnya, di kontrak perjanjian kerja antara WO dengan klien dan antara WO dengan vendor, tidak ada pasal mengenai kondisi bencana pandemi.

Klien makeup pun mulai berubah-rubah tanggal dan konsep. Banyak yang berujung batal juga.

Klien catering event pembatalan semua. Go Food saya terpaksa tutup karena di komplek diberlakukan isolasi mandiri (yang menurut saya sia-sia karena agak "lucu" rulesnya) .

Rasanya saat itu : my life is falling apart. Oke mungkin lebay. Tepatnya : my business is falling apart.

Saat itu saya berpikir : 2020 saya seharusnya ngga begini. Seharusnya grafiknya naik walaupun landai, bukan terjun begini. Seharusnya..... Seharusnya..... Seharusnya....


Juli - Agustus - September

Suami masih pemulihan, luka operasi hampir seluruhnya menutup. Sudah mulai bisa beraktivitas normal. Status dari kantor masih Work From Home.

Usaha WO saya bagaimana? masih sama seperti sebelumnya tapi dengan tambahan kondisi baru : tidak ada klien baru.

Job Makeup bagaimana? masih sama juga, dengan tambahan : 2 klien baru. Ini rekor ter-sepi. 6 bulan hanya ada 2 klien.

Cateringnya gimana? Masih almost zero client,bund.

Selain itu, rencana program hamil di tahun ini yang awalnya direncanakan mulai di bulan April, terpaksa dibatalkan.

Di 3 bulan ini aku ngerasa ini titik dimana aku berbenah diri. Spiritually, Financially, Mentally. But definitely not physically.

Saya berusaha berhenti mengeluh, terus puter puter puter otak cari jalan. Perbaiki ibadah, perbanyak bersujud dan bersimpuh, terus menerus mohon diampuni dan ditunjukkan jalan. Berusaha lebih let go, lebih ikhlas.

Tapi secara fisik, saya malah lupa perhatiin. Dan tentu saja ada efek sampingnya dong. 


Oktober - November

Kami mulai merasa aneh, kenapa suami kok tidak kunjung pemulihan total ya? apa ada infeksi?

Kami kembali ke dokter. Daaann muncul masalah baru, jadi suami harus operasi lagi.

Oke, kembali urus izin ke kantor dan urus asuransi dan rawat inap.

Kali ini ngga pakai marah-marah karena dokter udah tahu saya komplain besar waktu operasi pertama.

Katanya sih sampai dibahas di rapat hehehe..

Tapi ada yang berbeda. Kali ini kami ditempatkan di poli anak. Karena ternyata sekarang RS tersebut diwajibkan menerima pasien Covid. Peralatan dan pelengkapan banyak dialihkan ke bagian gedung yang merawat pasien Covid. Jadi kamar untuk rawat inap Non-Covid pun berkurang.

Kondisi bisnis mulai bergeliat seiring new normal sudah mulai diberlakukan. Di grup WA vendor wedding tuh kita rameee banget ngebahas peraturan-peraturan baru yang rasanya terus menerus berubah atau bertambah. Bingung deh.

Alhamdulillah calon pengantin mulai berani berdatangan lagi. Klien yang dulu diundur sudah mulai ada yang dilaksanakan.

Catering mulai bernafas lagi.


Desember

Suami sudah hampir sembuh total. Akhirnya dokter mengetahui penyebab penyakit yang kemarin dan suami diberi obat yang tepat.

Kondisi bisnis membaik walaupun jauuhhh di bawah kondisi sebelum pandemi.

Sedihnya, Bandung kembali menjadi zona merah dan saya melihat masih banyak yang teledor dalam menerapkan protokol kesehatan di tempat umum.


Photo by Kelly Sikkema on Unsplash


Jadi... itu highlight 2020-ku.

Dibaca sekilas, bisnis terus ya yang saya bahas. Well, karena emang di sisi itu saya ngerasa banyak ketampar. 

Tapi diantara semua keluhan itu, saya sadar ada banyak nikmat yang kami dapat :

1. Di tengah banyaknya cerita tentang orang-orang yang terkena pemotongan gaji dan bahkan PHK, suami saya tidak terkena pemotongan apapun. Bahkan karena 10 bulan ini WFH, kami jadi lebih berhemat karena tidak ada biaya transportasi dan akomodasi. Alhamdulillah.

2. Walaupun 2x operasi, kami tidak keluar uang sepeser pun karena dicover oleh asuransi. Padahal biayanya hampir sama seperti program bayi tabung. Alhamdulillah.

3. Ternyata saya jadi sempet belajar bahas aasing baru, walaupun belum sampai level advance.

4. Saya bisa ikut banyak kelas baru di berbagai bidang : marketing, bisnis, human behaviour dan bahasa. Kelasnya online, tentunya.

5. Orang-orang di sekitar saya saling support bisnis satu sama lain. Saling mempromosikan dagangan teman, tetangga, saudaranya. It gives me warm feeling to see that eventhough each of them needs every penny, that did'nt stop them from helping and support each other. Bukan saling bersaing tapi malah saling membantu. 

6. Dan yang paling tidak tergantikan adalah : 24 jam bersama suami.

Hampir 1 dekade berumah tangga, kami bertemu hanya di weekend saja. Saya udah terbiasa jadi "weekend wife". Lalu Tiba-tiba 10 bulan ini kami "dipaksa" 24 jam bersama, di rumah mungil yang tiap berapa langkah udah liat wajah dia lagi dan dia lagi hahaha.

Dan lainnya yang tidak bisa saya tulis semua disini.

So, I choose to count my blessings. Selalu ada kemudahan dibalik kesulitan. Selalu ada kenikmatan dibalik kesusahan. Selalu ada pelajaran dibalik hantaman.

Dan setelah terus-menerus berjalan menuruni bukit sampai hampir ke dasar lembah, there's no other way but UP.

Bismillahirrohmanirrohiim,

Semoga 2021 menjadi tahun dimana grafik kehidupan kita membentuk garis keatas. Perbaikan di segala aspek hidup kita. Hantaman yang dirasakan semua orang menjadikan kita orang yang lebih kreatif dan tangguh. Aamiin.

Aminin bersama yukkk.

And with all that's written, I wanna say :

Thank you for the lesson, 2020.

It's been a great magical year. But I gotta move on to the next one.


29 Agustus 2019

Life : My Kind of Me-Time

Everyone needs their own personal time.

Seorang ibu yang sehari-harinya mencurahkan waktu buat mengurus anak, suami, rumah, dan pekerjaan profesionalnya sendiri (bisa jadi dia karyawan atau freelancer atau pengusaha kan?)..
Seorang ayah yang setiap hari full bekerja untuk mencari nafkah dan mungkin membantu istrinya mengurus rumah juga.
Sepasang suami - istri yang belum dikaruniai anak pun tetap butuh me-time loh, butuh personal space dari pasangannya masing-masing.
Daannn...jomblowan - jomblowati pun jangan dikira ngga buth personal space, me-time nya sendiri.

Pokoknya apapun status maritalnya... minumnya tetap teh pucuk.

Eh...yaa you know what I mean lah.





Namanya juga me-time, personal time dan personal space ya. Jadi setiap orang bisa berbeda-beda cara menikmatinya.
Ada yang butuh nongkrong bersama teman-temannya, ada juga yang beneran butuh sendirian.
Selama si orang tersebut merasa bahagia dan untuk sesaat merasa lepas dari beban, let it be their personal time.

Berhubung ini blog saya, jadi saya share Personal Time ala Tesya aja ya.
Ada beberapa hal atau cara yang saya nikmati untuk sesaat melupakan kewajiban. Siapa tahu beberapa poin sama dengan selera me-time ala kamu, jadi kapan-kapan kita bisa me-time ramean hehehe

Buat saya pribadi, liburan itu bukan me-time, bukan personal time karena biasanya liburan itu bersama suami atau teman atau keluarga dan berujung dengan kondisi : harus menyesuaikan atau bertoleransi dengan selera teman liburan kita.

Jadi "syarat" pertama saya utnuk menikmatinya me-time adalah : Being Alone.
Ada saatnya dimana saya benar-benar ngerasa pengen sendirian. Baik didalam rumah, ataupun di tempat publik. Jadi bener-bener males aja berinteraksi ama orang lain hehehe.
Bukan karena bete, ngambek, bad mood atau semacamnya ya Tapi karena yaaa saya lagi merasa ingin quality time sama diri sendiri. Namanya juga me-time yak.


Nah saat sendirian itu saya ngapain aja?
Well...tergantung mood, tergantung sikon.
Seringnya nih, yang SELALU ADA bersama saya kalau lagi me-time di rumah :
Teh / Kopi dan Buku.
Dirumah saya selalu sedia buanyaakk jenis teh dari berbagai lokasi. Biji kopi dan dan beberapa brewer pun selalu ada.

Kalau persediaan buku? wah itu mah..selalu ada buku yang menanti untuk dibaca di rak buku saya.
Sejak saya lancar membaca, saya menjadi jatuh cinta dengan membaca. Jatuh cinta dengan buku. Itu kata bunda saya.
Saya suka karya fiksi, karena mereka bisa membuat saya tenggelam di dunia yang berbeda dengan dunia nyata yang saya jalani.
Saya juga menyukai non-fiksi, karena saya merasa selalu ada ilmu baru untuk dikenal dan dipelajari.


Kalau me-time di luar rumah juga mirip-mirip aja sih.
Nonton sendirian, tapi kalau studionya kosong atau sepi ya saya ngga mau. Malah jadi takut.
Ngopi dsendirian di cafe sambil baca buku aja saya udah enjoy banget.

Biasanya saya menghindari bawa laptop kalau lagi mau me-time. karena momoent itu selalu saya pakai untuk detox gadget. Handphone set di airplane mode, buku pun selalu buku fisik karena sejauh ini saya belum merasakan nikmatnya membaca e-book.
Kalaupun lagi dapat inspirasi buat nulis fiksi karya saya, selalu saya tulis ala old school, ditulis tangan di buku. Nanti baru deh saya salin di laptop.

Saya ngga merasa nyalon, spa, facial itu sebagai me-time karena biasanya malah "terpaksa" ngobrol sama yang melayani saya. Sementara saya kalau lagi pengen sendirian ya bener-bener lagi males ngobrol. Semacam anti-sosial mungkin?

Tapi ngga setiap saat merasa begitu kok.

Well, itu cerita me-time ala Tesya.
Simple banget kan. Biasanya setelah itu saya merasa happy dan ringan lagi untuk kembali ke kewajiban atau rutinitas yang menanti saya.
Curhatan kali ini merupakan kolaborasi dengan teman-teman dari Bandung Hijab Blogger.

Btw, kalau me-time ala kamu gimana? cerita dong...


2 April 2019

Ternyata ini 5 Cara Mudah Menjadi Blogger Sukses, no.4 Bikin Kamu Tercengang!






Familiar dengan judul diatas?
Jangan dianggap serius ya judulnya..isi artikel ini jauh banget dari judul..hehehe

Tapi kali ini memang bukan post review produk kok.
Setelah sekian lama saya khususkan blog ini hanya  untuk review produk dan sesekali share photo makeup atau product battle, akhirnya saya putuskan untuk menyelipkan post / artikel yang bukan review.
People changes, so does blog contents :)

Jadi, di post kali ini saya mau sharing setitik tentang menjadi blogger.
Lebih tepatnya lagi, etika menjadi seorang blogger yang baik.
Setiap profesi itu mempunyai kode etiknya masing-masing, ada etika kerjanya dan norma-norma yang tertulis maupun tidak tertulis.

Kebanyakan (tapi tidak semua) blogger memulai membuat blog karena hobi, karena ada passion menulis, ada ide-ide atau pemikiran yang ingin dituangkan.
Lalu seiring waktu, mulailah dijadikan profesi. Blognya menjadi media yang menghasilkan uang.

Pada tahap ini, bisa dibilang blogger adalah profesinya, pekerjaanya. Artnya harus diperlakukan dengan profesional juga. Dari sini mulailah ada pihak luar yang mengajak bekerjasama yang melibatkan pertukaran materi.
Dari perusahaan memberikan fee, dari blogger memberikan post blog.
Itu bentuk sederhananya, tapi sebenarnya ada beberapa bentuk kerjasama lainnya.

Nah, kebetulan tanggal 12 Maret 2019 ada event yang diadakan oleh Katarasa (IG : @katarasaevent )
dengan tema acara " Personal Branding dan Etika Blogger"
Menarik kaaann tema eventnya.

Apalagi pembicaranya tuh 2 wanita super yang produktif.
Untuk tema "Personal Branding" ada teh Nurmala (IG : @nurmadotnet ) yang sharing tentang pentingnya personal branding, dan juga share tentang produk aplikasinya yaitu Halal Locals.
Di sesi ke-2 ada teh Erry (IG : @erryandriyati ) (Blog : www.bibi-titi-teliti.com) yang dengan khas gaya santainya sharing tentang etika seorang blogger.

Dari event ini aku ngerasa dapet banyak ilmu dan info baru tentang dunia digital dan personal branding.
Dan sedikit ngerasa "ketampar" dengan pemaparan dari teh Erry. hehehe

Karena teh Erry mengingatkan bahwa salah satu etika blogger yang harus dijunjung tinggi adalah :
Tepat waktu sesuai deadline.

Haduuhhh...saya tuh sering post di injury time karena nulisnya masih ngikutin mood, sering mengalami semacam writer's block.
Segitu dirumah ada wifi, tetep aja ngetik post mah lancarnya pas diluar...aneh ya.
Dasar...manusia.

Selain itu juga kita diingatkan untuk bertanggung jawab dengan apa yang kita tulis.
Arti tanggung jawab ini luas ya, mencakiup :
1. keaslian (NO plagiat).
2. Jujur. Misalnya  review produk ya jangan ngasal, tapi benar-benar berdasarkan pengalaman menggunakan, atau kalau membahas berita yang lagi viral sebisa mungkin kumpulkan fakta dengan benar, jangan malah menambah-nambah rumor aja.
3. Siap dengan reaksi pembaca bila kebetulan post kita ini tidak sesuai dengan pemikiran mereka.

Dari segi personal branding, teh Nurma share tentang besarnya pengaruh media sosial terhadap pencitraan diri kita. Internet dan khususnya media sosoal sudah jadi bagian dari hidup sehari-hari kita. Jadi hati-hati kalau posting sesuatu ya. Remember to think before you act.
Curhat-cirhat tuh ngga perlu lah di status WA atau di story IG. Atau kalau butuh penyaluran, ya disaring-saring lah bahasanya. Tapi curhat terbaik itu ke Maha Pencipta ya, bukan ke media sosial,

Sebisa mungkin apa yang kita share itu bisa bermanfaat buat yang baca.
Apalagi kalau kita ini karyawan atau sedang in-between-jobs a.k.a lagi ngelamar-ngelamar.
Pihak HRD sekarang suka kepo-kepo akun media sosial kita loh.
Gunanya? ya untuk menilai keprbadiannya. Kita bisa loh menilai secara general apakah seseorang itu mentalnya kurang matang atau kurang profesional.

Sekian sekelumit sharing mengenai personal branding dan etika blogger.
Semoga bermanfaat yaa.

Di bawah ini saya selipkan kenang-kenagan foto bersama penyelenggara dan peserta ya.

Stay smart, darling
Mmmuachh


1 April 2019

Let's Talk About Life...




Hmmm...
Kali ini sepertinya bakal agak personal nih bahasannya. Dan mungkin setengah curhat.
Karena kali ini saya mau ngebahas tentang BIG Life Decision.
Keputusan BESAR dalam Hidup.

Sebenarnya dari kita mulai bangun tidur di pagi hari, kita sudah harus membuat keputusan-keputusan.
Mau langsung bangun atau lanjutin mimpi?
Mandi dulu atau sarapan dulu?
Sarapan apa?
Mandinya keramas atau ngga?
Dandan ngga?
Pakai baju yang mana?
daaaannn keputusan atas pilihan lainnya

Sampai kepada keputusan-keputusan besar, seperti :
Mau kuliah atau kerja?
Kalau kuliah, ambil jurusan apa?
Mau jadi pengusaha atai jadi karyawan?
Nikah sekarang atau ditunda?
Langsung program bikin anak atau ditunda?
Mau anak berapa?
daaannn lainnya

Istimewa sekali ya menjadi manusia.
Banyak pilihan, banyak kesempatan.
Di sisi lain, banyak pilihan = banyak keputusan.
Dan setiap keputusan menentukan jalan kita ke depan.

Diri kita yang sekarang ini, adahal hasil dari pilihan dan  keputusan-keputusan di masa lalu.

Dalam artikel kali ini saya mau bahas 3 keputusan besar dalam hidup saya, yang special.
Special bagi saya.

1. Mr. Right
Yes, ini salah satu keputusan besar dalam hidup saya yang sangat istimewa.
Tapi tahu ngga, jawaban atas pertanyaan "is he the one?" itu terjawab dalam sepersekian detik di awal pertemuan kami.
Iyaaaa beneran ngga bohong, pertama kali ketemu dia, dalam sepersekian detik dalam hati  saya seperti ngomong "oh yaudah kayaknya ini nih.."

But I won't call it love at first sight. Karena kami dikenalin temen, disuruh saling add di Facebook dan chat d Yahoo Messenger (YM).
Apakah ada yang tahu apa itu YM? hihihih...
Jadi sudah liat wajah lewat foto sih..
Tapi sekitar sebulan hanya chat tanpa ketemuan langsung, jadinya ya deg-degan juga pas pertama dia mau ke rumah.

Saya berhari-hari istikharah minta diberi jawaban.
Doa saya simple :
"Kalau dia baik untuk saya dan keluarga, mohon dimudahkan dan dilancarkan.
Kalau tidak baik, mohon segera dijauhkan."
I don't want to waste time, the clock is ticking.

Jadi pas hari itu dia ke rumah saya untuk ketemu pertama kalinya, saat dia didepan rumah saya dan saya jalan ke depan untuk bukain pagar.
Saat itulah Allah memberi jawaban. Hanya dalam sepersekian detik. Ngga nyampe sedetik.
Allah Maha Mendengar, Allah Maha Besar.

Saya pengen cerita detail tentang jalan kami sampai ke pelaminan, dan juga hal-hal tentang menjalani pernikahan. Tapi terlalu special, saking specialnya sampai saya pengen cerita di post terpisah.


2. Leaving a Promising Career
Saya pernah kerja di beberapa bidang, dan lintas industri.
Pernah ngajar, pernah di gallery, dan terakhir yang agak lama di bidang marketing dan keuangan.
Di bidang keuangan, saya bekerja di bank, asuransi, gadai.
Karir saya di bank lumayan menjanjikan. Ada beberapa pilihan kesempatan perkembangan karir, yang indah penghasilannya dan jaminannya. Pokoknya bright pathway deh.

Tapi di sisi lain, saya juga punya impian. Lebih tepatnya, saya punya banyak impian.

Setelah minta izin suami, saya langsung memutuskan resign dan fokus mengikuti passion saya.
Ini keputusannya diambil dalam waktu cepat karena saya takut kalau saya ngga maju sekarang, saya ngga akan pernah maju.
Saya yakin rezeki saya tidak akan tertukar, apapun pilihan hidup saya dalam menjemput rezei.

Apa sebenarnya passion dan impian saya?
Well, that's another story in another post.

Memutuskan resign ini salah satu keputusan hidup yang besar bagi saya.
Bekerja di bank memberi saya banyak ilmu, banyak pengalaman, dan banyak sertifikat..hehehe..
Biarpun keliatannya "hanya" gini-gini aja, Saya ini sudah sertifikasi WAPERD dan CFP. #bangga .
Dan kata boss saya, emang harus bangga, karena susah dapetnya.

Tidak familiar dengan singkatan WAPERD dan CFP? mangga, bisa cek di google yaa..
Kalau udah ngerti dan pengen konsul, boleh langsung japri.. Saya seneeeeng bahas financial planning kok.

Anyway, saat akhirnya meninggalkan karir, banyak yang menyayangkan keputusan saya.
Saya seperti meninggalkan kesempatan emas tanpa sebab, tanpa alasan.
Tapi hati saya udah bulet dan suami mendukung.

Pada dasarnya saya punya prinsip :
"Nyebur aja dulu, nanti juga tangan-kaki maksa buat ngapung".
I believe in MY survival instinct.


3. Changing Something

This is not my BIGGEST life decision, but this is my LATEST big decision.
Setelah 7 tahun, akhirnya saya memutuskan untuk melakukan perubahan dalam blog saya.

Awalnya blog ini sudah ditekadkan utnuk murni menjadi beauty blog, dan mayoritas isinya review produk. Sangat sedikit (atau malah hampir ngga ada) tutorial.
Pokoknya saya ingin blog ini jadi salah satu patokan saat orang nyari review produk kecantikan.
Judul blognya aja udah In My Beauty Case ya.

Tapi setahun belakangan, minat saya untuk review produk turun drastis.
Bukan karena saya kehilangan minat pada dunia makeup dan skincare dan bodycare and/or all of things related to beauty industry.
Bukan juga karena saya bosan menulis, atau bosan mencoba produk dan menceritakan hasil percobaan saya.
Bukan. Bukan. Bukan.
Ada hal lain yang saya masih ragu, cerita atau ngga ya disini. Takut menyinggung beberapa pihak.

Anyway, seiring dengan menurunnya semangat saya nulis review produk, saya malah menemukan yang lain.
Saya kembali menggali dan "menemukan" the old me.
Tesya yang dulu.
Tesya yang (ke)banyak(an) minat dan impian.
Tesya yang jatuh cinta dengan buku. Hampir segala jenis buku.
Tesya yang pernah ingin jadi sutradara karena jatuh cinta dengan film, terutama film berat dan aneh. (kecuali horror, it's a big NO NO)
Tesya yang very into art in many kind.
Tesya yang suka ngecoblak and wants to be heard, but also likes to listen.
Tesya yang over-shared everything.
Tesya yang juga suka menyendiri menikmati buku.
Tesya yang diem-diem suka pergi sendirian ke art gallery just to stare at 1 painting or sculpture and interpret it in her own ways.
Tesya yang suka nonton di bioskop, sendirian.

Akhirnya saya memutuskan, I have to do something. Kalau ngga, ini blog nanti isinya "kewajiban". Bukan lagi passion. Bukan sesuatu yang saya tulis dengan tulus. Karena tulus mah lagi manggung di jakarta... krik krik kri...

And I decide, the first step is to change the blog.
Mulai dari artikel ini dan post-post selanjutnya, blog ini akan lebih random.
Masih ada beauty stuff tentunya, I will NEVER leave that.
Tapi selain itu akan ada tema lainnya. Belum tahu apa. Mungkin review buku, mungkin film, mungkin curhat, mungkin ini, mungkin itu, banyak seekaliii....
Semoga perubahan ini memberi penyegaran. At least for me.

We'll see.
Life is full of choices anyway.

Jangan lupa cek postingan temen-temen aku dari Bandung Hijab Blogger karena artikel ini dibuat berdasarkan collab dengen mereka, dan postingan mereka very inspiring!

Semoga post ini bermanfaat buat yang baca, semoga terinspirasi untuk tidak takut dan tidak menyesali setiap keputusan yang diambil.


Remember to :
Believe in YOUR own survival instinct.
Nyebur aja dulu, nanti juga tangan-kaki maksa buat ngapung.




Tapi nyeburnya di yang dangkal dulu yaaaa ;)


Post of The Month

Akhir Tahun 2022 : Sudah Punya Apa Saja?

Saat saya menulis ini, Tahun 2022 tersisa 19 hari lagi. Jujur, rasanya pedih ke hati. Juga takut. Pedih karena merasa ngga ada perkembangan ...

Yang Ini Juga Menarik...